Museum
Gumung Merapi adalah sebuah museum khusus yang berisi tentang gunung api
diseluruh dunia secara umum dan Gunung Merapi sendiri secara khusus. Yang
didalamnya terdapat berbagai benda peninggalan erupsi Gunung Merapi.
Dokumentasi, alat peraga berupa miniatur Gunung Merapi, ruang simulasi gempa
dan lain-lain. Museum Gunung Merapi
menyimpan berbagai macam benda koleksi yang sesuai dengan fungsinya yaitu
sebagai sarana preservasi dan konservasi (memelihara dan melindungi suaka alam
dan budaya), informasi (memberikan dan mengembangkan pengetahuan mengenai obyek
yang ditampilkan), koleksi (mengumpulkan dan mengarsipkan benda bernilai
sebagai pusat dokumentasi masyarakat), edukasi (memberikan ilmu pengetahuan
untuk masyarakat mengenai kegunungapian), serta wahana rekreasi.
Selain dapat menikmati dan melihat koleksi
yang ada, kita juga disuguhi keindahan bangunan secara visual yang mulai
terlihat dari pintu masuk museum. Serta kesejukan dan keindahan paronama
kawasan Kaliurang yang menambah daya tarik para wisatawan untuk datang
berkunjung.
Sejarah Pembangunan
Museum Gunung Merapi
Gunung Merapi adalah salah satu gunung api yang
memiliki nilai sosial tersendiri di mata masyarakat sekitar. Terlebih lagi
gunung ini juga menjadi sebuah simbol bagi Keraton Yogyakarta. Dikatakan bahwa
antara Gunung Merapi, Tugu Yogya Kembali, Keraton Kasepuhan Yogyakarta, dan Istana
Ratu Kidul berada pada satu garis imajiner yang lurus.
Selain dikeramatkan oleh penduduk sekitar, Merapi termasuk golongan gunung yang
paling aktif di dunia, yakni mengalami erupsi setiap 4 tahun sekali. Terakhir
mengalami erupsi adalah tahun 2010, dimana dampak letusannya sangat besar dan
juru-kunci Gunung Merapi menjadi korban erupsi tersebut. Hal ini menjadi daya
tarik bagi ilmuwan dan peneliti) serta masyarakat untuk mengetahui lebih dalam
tentang Gunung Merapi.
Fasilitas dan Area yang
ada di Museum Gunung Merapi
Fasilitas
yang terdapat di dalam Museum Gunung Merapi antara lain informasi mengenai
pengetahuan kegunung apian, diorama, peralatan yang digunakan untuk mengawasi
kegiatan gunung berapi, foto-foto letusan gunung berapi, dan On The Merapi
Volcano Trail. Koleksi yang dipamerkan antara lain Volcano World berisi
bahan-bahan pengetahuan tentang gunung merapi di dunia, perlengkapan upacara
ritual penghormatan gunung Merapi, koleksi bencana gempa bumi dan Tsunami, dan
koleksi puing-puing bencana letusan Gunung Merapi misalnya peralatan rumah
tangga, sepeda motor, gas dan lain-lain. Ada juga batu-batu dari letusan Gunung
Merapi yang dipamerkan disana.
Seperti pada Area Gunung Berapi terdapat
dokumentasi berupa foto mengenai peristiwa erupsi gunung Merapi sejak
zaman penjajahan Belanda hingga sekarang dan foto-foto gunung berapi yang
terdapat di Indonesia dan alat- alat peraga
fenomena gunung merapi yang disajikan bersama keterangan dan penjelasannya,
dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Internasional ( bahsa Inggris ),
yang dapat menambah pengetahuan.
Pada area zona khusus Gunung Merapi dimana isinya
berupa foto-foto dokumentasi secara lengkap Gunung Merapi dari tahun ke tahun
yang terdiri dari foto erupsi, luncuran awan panas, pertumbuhan kubah lava,
proses evakuasi, banjir lahar dingin, pos pengamsatan gunung Merapi, dan
sebagainya.
(
Untuk lebih jelasnya.)
1. Ruang Utama
Ruangan ini berada di
bagian depan museum, yakni tepat setelah pengunjung masuk ke dalam bangunan
museum. Ruangan ini berupa void hingga lantai dua, dimana bentuk lantai pada
lantai dua adalah lingkaran. Di dalam ruangan ini terdapat sebuah replika
Gunung Merapi dalam ukuran diameter +6 meter.
2. Ruang Peraga
Jika pengunjung mengikuti alur
sirkulasi, maka akan diarahkan melalui sisi kanan, di mana ada petunjuk berupa
kaki-kaki. Ruang peraga terdiri dari beberapa bagian, yakni:
a. Peraga 1
Di ruangan ini berisi informasi
mengenai pengetahuan pembentukan lempeng benua dan pengetahuan gunung api
secara umum. Di salah satu panel terdapat peta lokasi gunung api yang berada di
seluruh dunia dan seluruh Indonesia.
b. Peraga 2
Bagian ini merupakan awal zona
khusus Gunung Merapi. Di bagian ini terdapat replika Gunung Merapi dalam bentuk
kecil dan pengetahuan umum mengenai Gunung Merapi.
c. Peraga 3
Berisi foto-foto kunjungan presiden
ke Gunung Merapi, sketsa penyelamatan diri dari bencana erupsi gunung api, dan
beberapa hal berkaitan dengan mitigasi bencana. Misalnya saja adanya sebuah
papan yang berisi apa saja yang harus dilakukan untuk menghindari ancaman
letusan gunung api. Sebagai berikut :
a)
Awan panas
·
Menjauh dari kawasan rawan bahaya
ancaman aliran piraklastilka.
·
Menjauh dari lembah sungai yang
berhulu di puncak gunung api.
b)
Aliran lava
Meskipun
aliran lava memiliki kecepatan aliran yang lambat, jangan berada di lembah
sungai yang menjadi zona aliran lava.
c)
Lontaran batu (pijar)
·
Menjauhkan diri dari kawasan rawan
bencana lontaran batu terutama di sekitar puncak gunung api atau kawah.
·
Saat berlari menghindari lontaran
batu, selalu melihat ke atas untuk mengeetahui arah lontaran batu.
d)
Gas beracun
·
Menjauhkan diri dari sumber
keluarnya gas racun
·
Menjauhkan diri dari lembah,
celah, dan cekungan pada saat cuaca
mendung, hujan, danberkabut.
·
Gunakan masker atau kain penutup
hidung yang dibasahi air
·
Membawa obor atau api untuk
mendeteksi keberadaan gas yang beracun. Api akan mati tanpa tertiup angin.
e)
Hujan abu
·
Berlindung didalam bangunan permanen
beratap kokoh.
·
Bersihkan atap rumah dengan
menyemprotkan air sehingga beban abu terhadap atap bangunan menjadi berkurang.
·
Menggunakan masker dan kaca mata
·
Buah-buahan dan sayuran yang berasal
dari kebun yang terkena abu letusan harus dibersihkan dahulu dengan air.
f)
Lahar hujan
Menjauhkan diri dari kawasan rawan bencana aliran
lahar, terutama di lembah-lembah sungai yang berhulu di daerah puncak.
d. Peraga 4
Berisi berbagai peralatan yang
digunakan dalam pengamatan Gunung Merapi, seperti seismograf, sensor gempa,
kamera, teropong, komputer penganalisa, alat telekomunikasi, radio yang
dipajang di estalase kaca dan lain-lain.
Ada juga Ruang Simulasi Gempa, disana
kita bisa merasakan keadaan saat terjadi gempa bumi. Di dalamnya terdapat pohon
dan kondisi pegunungan. Tetapi saat ini ruang tersebut tidak dapat digunakan
karena terjadi kerusakan akibat hujan abu saat terjadi bencana erupsi Gunung
Merapi pada tahun 2010. Selain itu ada Ruang Pengamatn Gunung Merapi yang
berada dilantai 3 digunakan oleh para peneliti untuk mengamati dan meneliti
aktivitas Gunbung Merapi. Ruangan ini khusus untuk para peneliti dan pengunjung
dilarang masuk. Tetapi ada ruang pengamatan untuk para pengunjung tepatnya ada
di lantai 4, pengunjung dapat dengan puas mengamati aktivitas Gunung Merapi
dengan menggunakan fasilitas yang ada misalnya teropong dan media visual
lainnya.
Terdapat Open Theater yang berada di
belakang museum dengan bentuk setengah lingkaran yang menghadap ke arah utara.
Biasanya digunkan untuk pertunjukan. Fasilitas lain yang ada disana adalah
mushola, toilet, ruang pengelola, penjualan tiket, dan lapangan parkir yang
luas.
Mitologi Merapi
Sedikit
mengulas tentang mitologi Gunung Merapi. Banyak sekali mitos yang berkembang di
masyarakat terutama yang tinggal di sekitar lereng Gunung Merapi. Yang paling
menonjol adalah keberadaan Eyang Sapu Jagad, sosok gaib penunggu Gunung Merapi.
Jika berbicara tentang sosok tersebut tidak dapat dilepaskan dari Kanjeng Ratu
Kidul, sosok gaib penunggu Laut Selatan.
Berawal
dari Sutawijaya ( kemudian bergelar Panembahan Senopati ) anak dari Ki Ageng
Pamanahan, bertapa di pantai Laut Selatan. Dalam laku tapa tersebut Sutawijaya
bertemu, berkenalan, saling jatuh cinta dan menikah dengan Kanjeng Ratu Kidul.
Sutawijaya mengutarakan niatnya untuk membangun kerajaan baru. Singkat cerita,
Kanjeng Ratu Kidul berkenan membantu dengan sepenuh hati. Sebagai tanda
kesungguhan dan cintanya. Kanjeng Ratu Kidul menghadiahi “ Ndhog Jagad “ yang
kemudian dititipkan kepada Kyai Sapu Jagad.
Apa
yang ingin disampaikan oleh mitologi diatas adalah Sapu Jagad berarti menyapu
jagad, sapunya jagad dunia. Jagad yang dimaksud adalah diri pribadi manusia,
jagad cilik ( dunia kecil / mikrokosmos ) dengan demikian Sapu Jagad adalah
konsep spiritualistis dalam kesadaran membersihkan diri pribadi, hati dan
pikiran. Sedang Kanjeng Ratu Kidul berasal dari kata “ rat” yang berarti maha
luas, tak terbatas. Ide, pemikiran-pemikiran manusia seringkali tak terbatas,
untuk itu dalam mewujudkannya dalam keterbatasan diperlukan batasan-batasan
berupa simbol yang mewujudkan, membumikan ide, gagasan manusia. Endhog Jagad,
berarti telur bersifat embriotik , bakal. Apa yang dilakukan Sutawijaya adalah
mentranplantasi sebuah gagasan abstrak kedalam realita melalui pergultan batin,
bersih diri dan akhirnya mendapatkan pencerahan, maka dia berdiri di barisan
paling depan untuk mewujudkan berdirinya kerajaan baru yaitu Mataram.
Eksistensi Mataram saat itu boleh jadi karena tuntutan kebutuhan akan perlunya
“ Peradaban baru “.
Mitologi
Merpai Laut Selatan sudah saatnya kita sikapi dengan cara pandang modern. Kita
perlu menenggelamkan dan memperabukan pemikiran dan cara pandang lama,
menggantinya dengan yang baru. Dengan niat sungguh-sungguh, hati bersih, sepi
ing pamrih rame ing gawe, kita akan mampu memnafaatkan potensi sumber daya alam
yang ada di Gunung Merapi maupun Laut Selatan untuk kepentingan rakyat banyak.
Dengan demikian layaknya kita disebut dengan manusia beradab yang hidup di
dalam peradaban baru.
Alovsius
Heri-Petani, Pelukis
Upacara adat bagi para
masyarakat lereng Gunung Merapi
Di
Merapi, masyarakat lerengnya mempunyai upacara adat yang dilakukan di Gunung
Merapi yang tidak jelas kapan dimulainya. Upacara tersebut mempunyai makna “ berdiri dihadapan “ , berdiri dihadapan
siapa? Tentu saja bergantung pada faham yang dianut, monoteisme, dinamisme, atau aninisme
atau bahkan isme-isme yang lain.
Namun demikian bahwa sebagian masyarakat lereng Gunung Merapi menganut faham Monoteisme. Jadi jelas mereka berdiri
dihadapan Tuhan.
Upacar
adat di Gunung Merapi merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah
yang sudah mereka terima. Gunung Merapi senantiasa memberikan kesuburan pada
tanah pertanian disekitarnya. Masyarakat biasanya membawa palawija, pala
kependhem ( umbi-umbian yang berasal dari dalam tanah ), pala ampar (
buah-buahan yang merambat ), pala gumanthung ( buah-buahan yang mengantung di
pohon ) sebagai kelengkapan upacara adat. Itu semua merupakan simbol dari hasil
bumi dan jerih payah manusia yang menjadi rezeki jasmani dan rohani di
kehidupan duniawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar