Senin, 01 April 2013

Sehari Waktunya


Namaku Nina, aku adalah salah satu mahasiswa di daerah Yogyakarta. Saat ini aku sedang liburan di daerah Solo tempat nenek dan kakekku tinggal. Aku di sini hanya berlibur seminggu saja berhubung masih banyak tugas-tugas yang belum aku selesaikan.

Di hari  minggu aku merencanakan untuk pulang ke Yogyakarta dan aku akan menaiki kereta karena biayanya yang kebih murah. Aku menuju stasiun Balapan Solo dengan diantar oleh saudaraku karena orangtuaku sudah pulang ke Yogyakarta dengan adikku. Sesampainya di sana aku duduk di tempat yang sudah disediakan. Di saat aku berada di stasiun dan sedang menunggu kereta  aku bertemu dengan seseorang perempuan dan sepertinya seumuran denganku. “Hay” sapanya. Kamipun mulai berjabat tangan dan berkenalan. Namanya Dita, ternyata umurnya memang sama denganku yaitu 19 tahun. Dita ternyata juga satu perguruan tinggi denganku namun hanya beda fakultas saja.

Saat kereta datang kami segera masuk ke kereta dan satu bangku. Disitu kami banyak berbincang-bincang tentang pengalaman kami selama liburan dan kuliah kami. “Aku disini ke tempat tanteku karena dia sudah ditinggal oleh suaminya dan anaknya tengah memiliki penyakit kanker darah”, katanya. Begitu miris sekali hatiku mendengar cerita dari Dita teman baruku itu. Jika membayangkan keluargaku yang selalu diselimuti kebahagiaan dan keharmonisan ternyata masih ada saja keluarga yang tak seberuntung keluargu ini. Saat itu kata-kata tidak dapat keluar dari mulutku. “Aku disini juga membantu tanteku mengurus anaknya yang masih enam tahun itu”, lanjutnya. Tanganku merangkul pundaknya dari belakang dan mulai menenangkan perasaannya. “Lalu kamu di Yogyakarta tinggal bersama siapa?”, tanyaku. “Aku di Yogyakarta mengekos,orangtuaku sudah lama berpisah dan  keduanya sekarang tidak berada di Yogyakarta”, jawabnya. Aku hanya terdiam karena bingung harus berkata apa lagi dan aku takut kalau menyinggung perasaannya.

 Kereta sudah hampir sampai di Yogyakarta. Dita dan aku hanya dapat bertukar nomor telepon karena Dita harus pergi entah kemana. Dita sudah terlebih dahulu keluar dari kereta dan meninggalkanku. Namun, sebelumnya dia sudah memberikanku nomor telepon dan berkata,”Aku duluan ya, jangan lupa kapan-kapan kalau ada waktu kita bertemu lagi”. Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan menganggukkan kepala.



Aku pulang ke rumah dengan menaiki taksi, saat taksi datang aku langsung membuka pintu mobil, sebelum aku masuk, aku mendengar suara yang sangat keras. Aku melihat ternyata ada kecelakaan dan langsung banyak orang yang bergerumunan mendekati koban kecelakaan itu.

Karena aku ingin tau, aku ikut lari ke tempat kecelakaan itu. Setibanya disana, aku kaget dan bener-bener kaget. Teman baruku yang tadi baru saja berkenalan denganku, dia tertabrak mobil hingga meninggal. Di tempat itu, aku menangis meratapi kepergiannya. Entah aku harus berkata apa lagi.